Oleh: Nazwar, S. Fil. I., M. Phil. (Penulis Lepas Lintas Jogja Sumatera)
Bebal atau keras kepala berlawanan dengan Azam atau keinginan kuat. Bebal berdasar pada kesesatan sedang Azam teguh pendirian pada kebenaran. Azam berbuah kreativitas kepada kebaikan dan kemaslahatan serta senantiasa mengedepankan perdamaian.
Belajar dari Khawarij
Tidak hanya kaum kafir dari golongan Yahudi dan Nasrani sebagai Ahli Kitab, kelompok Khawarij yang menyimpang hingga ranah aqidah sehingga dijuluki “Anjing Neraka” (“al-Kalb an-Naar”) dijamin eksistensinya hingga hari kiamat. Meski dari golongan Islam, Khawarij menjadi kelompok yang dikafirkan. Artinya mereka beribadah sebagaimana yang disyariatkan bahkan “melampaui”, namun bersikap bebal dan enggan mengikuti peringatan.
Menjadi ciri khas hewan yang namanya tersebut dalam al-Qur’an, bahwa anjing memiliki sifat buruk yang seakan melekat padanya bahkan jika diusulahakan untuk dirubah seperti dilatih sedemikian rupa tetap begitu saja. Diingatkan, tetap menjulurkan lidahnya. Artinya, ke-khawarij-an bukan hanya sekadar membangkang terhadap pemimpin atau sistem politik, namun juga sifat bebal dan sulit diingatkan serta bersikap serta-merta atau semena-mena
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: “Dan sekiranya Kami menghendaki niscaya Kami tinggikan (derajat)nya dengan (ayat-ayat) itu, tetapi dia cenderung pada dunia dan mengikuti keinginannya (yang rendah) maka perumpamaannya seperti anjing, jika kamu menghalaunya, dijulurkan lidahnya dan jika kamu membiarkan, ia menjulurkan lidahnya (juga). Demikian lah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah kisah-kisah itu agar mereka berpikir” (Q. S. Al-A’far: 176).
Terfokus pada kata atau perumpamaan hewan dengan tabiat buruk, anjing sebagaimana dalam Hadits Nabi tentang anjing neraka dengan ayat al-Qur’an di atas perumpamaan terhadap orang-orang ayat-ayat Allah untuk memantik agar berpikir dengan tidak senantiasa mengikuti hasrat dan hawa nafsu.
Menjadi pertengahan atau “umnatan wasatho” adalah perintah yang perlu diindahkan, utamanya umat Islam. Menjadi toleran terhadap berbagai keadaan dengan tidak terus-terusan berkeras hati terhadap keadaan dan peringatan terlebih dalam hal kepentingan bersama diharap dapat menangkal ciri Khawarij yang tidak mendukung pemimpin yang membimbing kepada kebenaran.
Ektrem kiri atau kanan dan bersikukuh pada satu di antaranya tanpa ada pandangan kuat menjadi sikap yang penting untuk dihindari bagi umat yang dimaksud pertengahan tersebut. Azam yang kuat dalam beramal saleh dalam hidup bersama seperti amar ma’ruf, nahi Munkar sampai memberi pengajaran sebagaimana yang dicontoh para nabi khususnya mereka yang penuh kemuliaan menyandang gelar ‘ulul Azmi, seperti Ibrahim ‘Alaihissalaam dan Muhammad Shallahu ‘alaihi wa sallam.
Discussion about this post